English French Spain Russian Portuguese Japanese Korean Chinese Simplified

Sabtu, 08 Maret 2014

Uang Palsu Beredar di Plered

PLERED, RAKA � Pedagang di Kecamatan Plered diminta waspada terhadap peredaran uang palsu (upal). Dari sejumlah korban, mereka mengaku mendapatkan upal pecahan Rp 50.000 dan Rp 100.000. Sementara, hingga kemarin belum ada pernyataan resmi dari pihak kepolisian setempat terkait peredaran uang palsu tersebut. 
Sejumlah pedagang yang mendapati upal mengaku tidak menaruh curiga sama sekali dengan uang yang dibelanjakan pelaku. Karena kondisi uang asli dengan upal sangat mirip, sehingga tidak mudah bagi pedagang untuk membedakannya. Terlebih, pelaku pengedar membelanjakan upal tersebut dalam kondisi pedagang yang tengah sibuk melayani banyak konsumen yang berbelanja di warung.
Ina (23) pemilik warung di Kampung Coblong, Desa Palinggihan, Kecamatan Plered mengaku, pihaknya telah mendapati upal pecahan Rp. 100 ribu dari salah seorang pembeli yang tidak ia kenal. Dia baru mengetahui uang yang diterimanya ternyata palsu, saat dirinya membelanjakan uang tersebut untuk membeli barang dagangan.  �Saya nggak inget orangnya yang mana, saya tidak curiga kalau uangnya palsu soalnya sangat mirip, susah dibedain. Kayaknya itu sengaja dibelanjakan untuk disebarkan ke masyarakat,� ungkap Ina.
Dengan upal yang diperoleh lanjut Dia, pihaknya mengaku resah. Karena selain harus kehilangan barang dagangan, ia juga harus mengeluarkan uang asli untuk kembalian dari upal yang dibelanjakan pelaku pengedar upal. �Kalau ditanya resah atau tidak sudah pasti resah. Itukan penipuan. Karena selembar saja saya sudah rugi, apa lagi kalau banyak,� tambahnya.
Pihaknya menduga, pelaku yang mengedarkan upal memilih sasaran para pedagang kecil, untuk kemudian disebarkan ke masyarakat luas. Dan keberadaan upal di kecamatan tersebut semakin marak. "Uang palsu itu mirip asli, kita harus banyak bertanya daripada kita ketipu dan kerugian,� jelasnya.
Di tempat terpisah Asep (28) pedagang di Pasar Jokowi, Plered menuturkan, pihaknya merasa resah dengan adanya peredaran upal yang dirasakan semakin marak. Karena, tak jarang pihaknya mendapati upal pecahan Rp.50.000 yang sangat merugikan. �Saya sibuk meladeni pembeli, ramai. Jadi gak sempat ke periksa. Kesempatan itu yang sering dimanfaatkan pelaku pengedar uang palsu,� ujarnya. (awk)


Cerita lainnya :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar