English French Spain Russian Portuguese Japanese Korean Chinese Simplified

Selasa, 28 Januari 2014

Banjir Bisa Mengancam Ketahanan Pangan

KARAWANG, RAKA - Banjir yang melanda karawang dinilai bisa mengancam ketahanan pangan nasional. Terlebih berdasarkan datam sekitar 25 ribu hektare areal pesawahan terendam banjir. Untuk mensiasatinya pemerintah daerah berencana akan membeli bibit dari daerah lain.

"Hampir 25 ribu hektare (sawah,red) yang kena dampak banjir ini," ujar Bupati Karawang Ade Swara,
Senin (27/1). Bupati membeberkan, sekitar 25 ribu hektare areal pesawahan tersebut sudah ditanami dengan usia masa tanam  bervariatif mulai dari 1 hingga 80 hari. Dan Bupati berjanji akan membantu para petani yang sawahnya terendam banjir ini.
Dikatakannya, salah satu upaya dalam menanggulanginya yakni dengan memberikan porsi bagi bidang pertanian ini dari alokasi bantuan dari Presiden untuk bencana banjir. Namun dia belum menyebutkan besaran yang diperuntukkan bagi bidang pertanian. "Apa yang bisa kita lakukan kita lakukanlah. Termasuk kemarin ada bantuan dari  presiden Rp 1 miliar mungkin itu juga bisa kita arahkan untuk tanam kembali," bebernya.
Disinggung terkait akan terganggunya ketahanan pangan nasional akibat banjir yang merendam 25 ribu hektare sawah di lumbung padi ini, bupati mengaku kekhawatiran itu tentu ada karena jadwal panen menjadi terganggu. "Ada kekhawatiran ada, sekarang kelihatan 25 ribu hekatre terendam," serunya.
Maka tak heran jika banjir di karawang ini menjadi perhatian pemerintah pusat, karena adanya kekhawatiran ketahanan pangan nasional akan terganggu. "Bidang pertanian ini menjadi pusat perhatian nasional,  ya karena konteksnya ketahanan pangan," imbuh Ade.
Salah satu upaya pemerintah daerah agar mengurangi dampak banjir ini bagi ketahanan pangan nasional, rencananya pemerintah kabupaten akan membeli bibit di daerah lain, agar tidak tidak membutuhkan waktu tanam lebih lama. "Tanam ulang butuh waktu, paling tidak membtuuhkan berpuluh hari. Sekarang apakah kita mmbeli bibit di daerah lain yang tidak kena banjir misalkan cianjur, atau dari mana cocok gak," jelas Bupati.
Karena jika kembali menanam dari awal akan menghabiskan waktu lebih lama, oleh karena itu rencana tersebut dapat di ambil untuk menjaga ketahanan pangan nasional, karena tak dipungkiri karawang masih menjadi produksi beras besar di Indonesia. "Kalau tanam ulang mundur kan waktunya lama lagi gitu itu pemikiran saya begitu,"akunya.
Meski banjir di karawang ini hampir tiap tahun, namun hingga kini pemerintah daerah belum mengalokasi anggaran khusus menanggulangi musibah bajir bagi sektor pertanian. "Untuk penanggulangan bencana itu secara umum ya, karena yang menerima dampak musibah banjir ini bkan cuma pertanian tapi kita bicara secara umum saja,  kalau secara khusus pertanian saja saya kira tidak secara khusus," tutur suami Hj. Nurlatifah ini.
Namun jika bentuk perhatian secara khusus bagi sektor pertanian, paling akan memfokuskan untuk membantu pertani untuk melakukan tanam ulang. "Kalau bentuk perhatian khusus ke pertanian itu sendiri, musibahnya pasca banjir kita buat ya siapkan mereka untuk tanam ulang," pungkasnya. (vid)

Cerita lainnya :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar