English French Spain Russian Portuguese Japanese Korean Chinese Simplified

Rabu, 29 Januari 2014

Petani Dengklok Dipaksa Panen Dini

BANJIR yang masih merendam pesawahan di Rengasdengklok dan Karawang Utara lainnya menimbulkan kerugian tidak sedikit bagi petani khususnya petani penggarap. Apa yang mereka keluarkan untuk modal baik tenaga dan uang harus pupus untuk terbayar dari hasil panen yang ditarget. Akibat banjir ribuan hektar sawah harus mati dalam pembibitan, belum yang akan panen harus panen dini atau lebih awal karena berlomba dengan cuaca.
Meski akan ada upaya penggantian bibit, tapi petani tidak lantas bersenang, karena memang yang dialami selain kebutuhan benih, belum biaya yang sudah keluar harusnya menjadi perhatian pemerintah juga. Seperti yang ada di Rengasdengklok, meski merugi masih ada sedikit padi yang bisa dipanen meski belum waktunya dan juga hanya setengahnya. Pemaksaan panen ini selain karena sawah direndam air hujan, juga faktor hama burung menambah berat beban petani di Rengasdengklok.
Salah seorang petani penggarap bernama Wakil Kobra pada RAKA mengeluhkan, saat ini petani mengalami kerugian yang total. Petani yang sawahnya baru saja ditanam harus mengalami kerugian karena kebanjiran. Sementara yang akan mengalami panen harus panen duluan karena jika tidak gabahnya akan busuk."Ya terpaksa harus dipanen lebih awal karena memang apa yang dialami petani tidak ada pilihan. Selain dihantui padi membusuk juga banyaknya hawa burung yang ada,"akunya pada RAKA.
Ditambahkan Kobra, apa yang dialami petani saat ini memang sudah menjadi takdir alam yang dikehendaki Sang Pencipta. Namun memang dalam hal ini harus ada solusi, minimal peran pemerintah melalui Dinas Pertanian memiliki kebijakan yang pro petani. Seperti pemberian bibit harusnya juga disertai kelonggaran untuk bisa mendapatkan kebutuhan operasional biaya pertanian dalam bentuk harga murah atu subsidi untuk hal tersebut. "Harus ada bantuan pemerintah dalam hal subsidi kebutuhan bertanam padi selain bibit yang akan dikasih,"harapnya.
Bencana banjir di Karawang Utara memang menyebabkan ribuan hektar tanaman padi rusak berat. Kerugian belum dapat dipastikan karena hingga Selasa kemarin sejumlah areal persawahan masih tergenang.
Banjir hingga setinggi 1 meter, misalnya, masih menggenangi kawasan persawahan yang mayoritas ditanami padi di Kecamatan Batujaya dan Pakisjaya. Bagi warga setempat, hal itu berarti banjir sudah lebih dari dua pekan menggenang. Tanaman padi yang baru ditanam,siap berbuah dan sebagian besar yang siap panen puso.
Sejumlah petani yang ditemui di sawah mengaku tidak dapat berbuat banyak. Bukannya tidak mengantisipasi banjir, mengingat kawasan itu kerap kebanjiran saat musim hujan, mereka mengaku hadirnya banjir tahun ini lebih cepat.  �Banjir datang saat kami akan panen. Hanya sempat mengamankan setengah dari padi yang harsunya bisa diambil dari ladang sawah. Selebihnya mengalami gagal panen atau fuso,� kata Warta , seorang petani.
Ditambahkan Warta, Ia menanam padi di lahannya seluas 3 hektar. Dalam kondisi panen bagus, lahannya menghasilkan 5 ton padi per hektar.�Modal saya untuk tanam musim ini Rp 15 juta tidak bakal kembali. Cara tanam selanjutnya itu yang menjadi pikiran saya,� kata Warta.
Berdasarkan data Dinas Pertanian Kabupaten Karawang, hingga akhir pekan lalu banjir menggenangi areal sawah tanam seluas 9.698 ha dengan umur tanaman 1-80 hari dan areal persemaian seluas 11.538 ha dengan umur 1-30 hari. (dri)


Cerita lainnya :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar