PEMERINTAH Kabupaten Karawang, belum dapat memastikan secara rinci luas lahan tanaman padi yang puso atau gagal panen akibat terjangan banjir di daerah itu. "Berapa kerugian dan berapa hektare sawah yang puso akibat banjir, belum bisa diketahui. Nanti kalau banjir benar-benar surut total, baru akan dihitung," kata Sekretaris Daerah (Sekda) Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Karawang, Teddy Rusfendi Sutisna di Karawang, Senin.
Menurut dia, pemerintah daerah setempat masih terus menginventarisasi data kerugian sektor pertanian akibat banjir tersebut.
Ia mengatakan sesuai dengan data dan laporan sementara yang diterima, areal sawah yang terendam banjir selama lebih dari sepekan itu seluas sekitar 25.000 hektare yang tersebar di 28 kecamatan.
Meski demikian, kata dia, aparat desa dan aparat kecamatan di Karawang juga diwajibkan untuk melaporkan kondisi terakhir areal sawah yang terkena banjir.
Ia mengaku, pihaknya akan mengganti kerugian para petani yang sawahnya terendam banjir. Hal itu dilakukan dengan menyiapkan bantuan benih.
Kepala Dinas Pertanian, Perkebunan, Kehutanan dan Peternakan Pemkab Karawang, Kadarisman mengatakan total kerugian sektor pertanian baru akan dihitung setelah banjir yang merendam sawah surut total.
Menurut dia, jumlah benih yang akan disalurkan kepada para petani korban banjir pun saat ini belum diketahui. Tetapi dipastikan bantuan benih itu akan cukup.
Ia menyebutkan bantuan benih yang akan disalurkan kepada petani yang areal sawahnya terendam banjir itu merupakan bantuan dari dua sumber, yaitu bantuan benih dari stok benih nasional dan tanggap darurat bencana. Bantuan benih nasional sendiri saat ini sudah mulai diajukan kepada pemerintah pusat, hanya realisasinya membutuhkan waktu agak lama, katanya.
Sementara itu Ketua DPRD Kabupaten Karawang, H Tono Bahtiar menjelaskan pihaknya sudah mendatangi Dirjen Tanaman Pangan dan Holtikultura Deptan yang diterima Sekretaris Dirjen Dr. Ir. Spudnik Sujono MM, membahas soal subsidi bibit untuk para petani yang sawahnya terendam banjir di Karawang. "Kita sudah sudah menghubungi Deptan dan memang mendorong pemerintah agar segera menyalurkan bantuan benih kepada para petani yang sawahnya harus ditanam ulang karena direndam banjir," ujar Tono kepada RAKA, kemarin.
Tono menjelaskan, tanaman padi tanaman padi paling dirugikan dengan curah hujan tinggi. Volume air yang terlalu tinggi telah meracuni tanaman. "Meski padi suka air tapi kalau kebanyakan sih bakal rusak, sayuran juga lebih cepat busuk," ujar Ketua DPRD..
Menurutnya, kondisi ini akan mengancam ketahanan pangan. Terlebih, Kabupaten Karawang merupakan daerah lumbung pangan nasional. Untuk itu, pihaknya berharap pemerintah semakin menggalakan diversifikasi pangan.
Sementara itu Dewan Pakar Bidang Pertanian Forum Ekonomi Jawa Barat (FEJ) Nursuhud mengatakan, pemerintah memang harus segera melakukan diversifikasi pangan. Hal ini akan mencegah ketergantungan masyarakat terhadap komoditas tertentu.
Selain itu, lahan kering tak terpakai juga perlu dimanfaatkan dengan menanam jagung, ubi-ubian dan tanaman pangan lainnya. Tanaman tersebut layak untuk mengganti padi.
Tidak hanya itu, pemanfaatan teknologi harus dioptimalkan melalui penggunaan rumah plastik agar tanaman terlindungi. Akan tetapi, penggunaan teknologi ini memakan biaya cukup besar sehingga sulit terjangkau oleh para petani.
Melihat kondisi tersebut, pihaknya berharap pemerintah segera turun tangan menjaga stabilitas sektor pertanian. Jika suplai produksi terganggu akan menimbulkan kenaikan harga komoditas pertanian.
Pemerintah juga diminta melakukan pendataan dan pemetaan secara rinci terhadap daerah yang menjadi lumbung pertanian. Hal ini sangat penting dilakukan untuk menjamin ketersediaan stok. "Jika kondisi ini dibiarkan maka akan menimbulkan inflasi karena produksi dan suplai yang terganggu," bebernya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat Diden Trisnadi mengatakan, pendataan sementara tercatat sebanyak 68.322 hektar areal persawahan di Jabar terendam banjir.
Pesawahan di Indramayu terkena dampak banjir terluas dibandingkan daerah lainnya. Selain Indramayu, wilayah lain yang terkena banjir cukup luas yaitu Karawang, Subang, dan wilayah selatan seperti Tasikmalaya, Sukabumi dan Ciamis. "Sebanyak 40.000 hektare persawahan di Indramayu terkena banjir dengan ketinggian yang bervariasi, padahal daerah ini merupakan produsen terbesar," jelasnya.
Menurutnya, banjir pada tahun ini dirasakan paling besar jika dibanding tahun sebelumnya. Akan tetapi, dampak banjir belum signifikan mengingat masih masuk dalam awal masa tanam. "Padi masih muda sehingga bisa direcovery setelah banjir," pungkasnya. (dri)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar