Omin, Petugas Pengamat Bendungan Barugbug kepada RAKA memaparkan, bahwa debit kedua sungai masih dianggap normal. " Debit air kali Cilamaya dan Ciherang saat ini ada diangka 155.04 meterkubik/detik dengan intensitas hujan di Barugbug mencapai 122 mm. Bisa dikatakan masih dalam batas normal saja. Cuma memang yang perlu diperhatikan ialah wilayah Cilamaya. Karena kalaupun di bendungan debitnya segitu, nanti sampai Cilamaya bisa sampai 200 meterkubik/detik karena banyak pembuangan air seperti di Jatiragas, Gempol dan lain sebagainya," jelasnya.
Barugbug memiliki dua pintu air yang masing-masing memiliki kapasitas daya tampung sampai 350 meterkubik/detik. "Jadi kalau 2 pembuangan ada 700 meterkubik. Tahun kemarin bahkan sampai 1400, sampai masuk kantor 50 sentimeter. Artinya, bendungan kita sudah tidak kuat menampung lagi akibat faktor hujan yang sangat deras di hulu kali Cilamaya yakni di Gunung Burangrang dan kali Ciherang yang hulunya ada di gunung sekitar Pasar Rebo," paparnya.
Mengingat kondisi curah hujan yang tinggi, petugas pengamat pun bakal membuka lebar bendungan agar beban air tidak semakin bertambah. "Karena terus terang saja, selama 3 hari kedepan bendungan bakal kita buka lebar supaya beban kita tidak semakin banyak," kata Omin.
Kapasitas bendung Barugbug sendiri mencapai 700 meterkubik/detik. Dengan demikian, ia berani menjamin bahwa sampai dengan keadaan saat ini, kondisi masih relatif sangat kuat dan aman. "Jangan mengkhawatirkan bendungan ini, karena masih sangat kuat menahan beban. Tadi juga kita sudah laporan sama camat barangkali ada desa yang terendam, biasanya di Sukamekar," tukasnya lagi.
Tak lupa ia juga menghimbau, agar warga Cilamaya yang dilintasi kali Cilamaya waspada dan berhati-hati dalam beberapa hari kedepan, khususnya saat hujan terus-terusan turun mengguyur. "Makanya, karena Barugbug bakal kita buka lebar, kemungkinan yang bakal terendam yaitu di perum dan pasar, air pasti meluap. Jangankan dengan debit 150, dengan debit air 120 saja wilayah itu sudah terendam," pintanya agar warga waspada.
Pengamatan RAKA dilapangan menunjukan, gelontoran air melimpah ruah tumpah di dua sungai. Kali Ciherang biasanya menyebabkan banjir di desa-desa Jatisari, sedangkan Kali Cilamaya, menimbulkan genangan di wilayah Cilamaya. Omin pun mengaku tak bisa diintervensi pihak-pihak terkait buka tutup pintu air. "Kemarin yang dari Sukamekar ada yang minta supaya pintu air Ciherang ditutup karena daerahnya kebanjiran, kami tidak bisa penuhi, karena kalau semua dibuang ke Kali Cilamaya, bisa tenggelam semua nanti Cilamaya," tutupnya. (fah)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar