Salah seorang warga Dusun Satar, Desa Muarabaru, Khotib (36) mengatakan, luapan sungai Apur dan kali Cilamaya turut dirasakan dampaknya oleh masyarakat Muarabaru. Banjir di Muara laut tersebut juga memaksa sejumlah warga untuk mengungsi ke kantor desa. Parahnya, selain sulit mendapat bantuan karena akses yang terisolir, kelangkaan panganan seperti sayuran dan lauk pauk untuk kebutuhan makan juga sulit ditemukan. Bahkan air bersih untuk keperluan memcuci dan masak juga minim.
Meski Kamis 23/1) kemarin banjir mulai surut, namun sayuran dan lauk pauk jikapun diketemukan harganya melonjak, bahkan gas elpiji yang juga susah dicari. Jika ada harganya mencapaai Rp 22 ribu dari yang biasanya yang hanya Rp 18 ribu. "Sekarang sih banjirnya agak surut, tapi harga gas dan sayuran ini mahal selain sulit didapat," katanya kepada RAKA.
Hal senada juga dikatakan Kades Tegalwaru, Aruji Atmaja, menurutnya pasca banjir harga sejumlah kebutuhan pokok mulai melonjak dan dirasa mahal bagi mereka yang kurang mampu. Sampai saat ini, banjir mulai surut, kecuali memang jika Bendungan Barugbug kembli dibuka masih akan mengancam desa. "Iya betul harga sembako sekarang pada naik setelah banjir, mudah-mudahan segera normal lagi, bagi mereka yang gak mampu kan susah," pungkasnya. (rud)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar