CILAMAYA WETAN, RAKA- Setelah Senin (20/1) sore ketinggian air mulai menyusut, namun Selasa (21/1) pagi, banjir kembali menggenangi sejumlah desa di Kecamatan Cilamaya Wetan. Pasar Cilamaya yang masih lumpuh, ditambah warung-warung yang tutup membuat korban banjir mulai sulit mencari lauk pauk sebagai panganan sehari-hari, seperti yang terjadi di Desa Muarabaru dan Muaralama yang merupakan desa paling ujung utara Karawang.
Kasie Trantib Cilamaya Wetan, Abdullah AM mengatakan, hasil koordinasi dengan sejumlah kepala desa, korban banjir saat ini memilih bertahan di rumah keluarga dan kerabat ketimbang mengungsi di posko-posko pengungsian yang disediakan di balai desa dan lokasi lainnya. Akibatnya, selama banjir yang naik turun, saat ini warga makin kesulitan mendapatkan makanan maupun memasak lauk pauk, karena warung-warung dan pasar tutup, kalaupun ada, akses yang harus ditempuh jauh dan sulit seperti yang menimpa Desa Muarabaru dan Muaralama.
Disisi lain, luapan air Kalen Bawah dan Kalen Tasrif yang bermuara ke Desa Muarabaru dan Muaralama terus meninggi dan diperparah dengan gelombang pasang. Tercatat, sampai Selasa (21/1) pagi, di Kecamatan Cilamaya Wetan korban banjir menjadi 39.580 warga atau 13.104 KK, sementara jumlah unit rumah yang terendam sudah mencapai 9.781 unit. Namun untuk sarana prasaraana pendidikan, peribadatan dan perhubungan belum terdata. "Khusus Desa Muaralama dan Muarabaru semua terendam. Warga terisolir dan mulai sulit dapat makanan," katanya.
Sementara itu, Kaur Kesra Cilamaya, Yayan S Mulya mengatakan, Senin sore air sudah kembali surut dan setelah sebelumnya listrik mati, akhirnya bisa kembali menyala agar masyarakat Cilamaya bisa beraktivitas agak normal. Meski demikian, masyarakat masih terus dihantui rasa ketakutan saat hujan terus mengguyur. Apalagi saat sering mendapat isu Bendungan Walahar akan bedah. Untuk sementara listrik menyala, warga memanfaatkan air bersih membersihkan rumah-rumah yang terendam, sayangnya warga yang menggunakan ietpump kesulitan dapat air bersih. "Air bersih makin sulit, karena yang ada sudah agak kurang steril," ucapnya.
Hal senada juga dikatakan Kepala Desa Rawagempol Kulon H Ade Laide, banjir yang datang silih berganti semakin menyulitkan masyarakat mendapat air bersih untuk keperluan mandi dan memasak. Sumur di rumah-rumah warga airnya kurang steril. "Yang terendam kesulitan air bersih, karena sudah kurang steril padahal sangat dibutuhkan," ujarnya.
Sementara itu, Kades Tegalwaru Aruji Atmaja mengatakan, setelah air surut Senin sore dan sejumlah masyarakat ada yang mengungsi ke majelis taklim, balai desa dan kantor pemasaran Perumnas, pengungsi sudah kembali kerumahnya masing-masing. Namun, sejak Selasa pagi air kembali naik melintasi Dusun Cipancuh yang tak jauh dari Kali Cilamaya yang mengendap di perumahan. Untuk sementara, sampai hari ke 6 sudah 500 KK terendam banjir, yang baru mendapat bantuan atau 20 persen saja, sementara yang membutuhkan sembako sekitar 3000 KK atau 7.500 jiwa. "Yang dibutuhkan itu banyak, bantuan baru turun 20 persen saja, kami juga bingung bagaimana caranya," pungkasnya. (rud)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar