English French Spain Russian Portuguese Japanese Korean Chinese Simplified

Rabu, 22 Januari 2014

Korban Longsor Luput Perhatian Pemerintah

-Pemkab Diminta Bantu Perbaiki Rumah

TEGALWARU, RAKA - Korban longsor di Kampung Cilalay, Desa Mekarbuana, Kecamatan Tegalwaru, hingga kini masih mengungsi ke rumah kerabatnya di desa yang sama. Hal itu terjadi karena sejak bencana yang terjadi beberapa minggu lalu, tidak sedikitpun ada bantuan dari Pemerintah Kabupaten Karawang.

Kepala Desa Mekarbuana, Andi, mengatakan, akibat longsor beberapa rumah warga rusak, bahkan satu diantaranya mengalami rusak secara permanen. Tapi hingga berita ini diturunkan, dirinya belum mendapat kabar bakal ada bantuan dari pemkab. "Rumah Mudin (warga Cilalay)  roboh, ada juga rumah milik Ating (warga Cilalay) mengalami retak pada lantai tanahnya hingga satu meter dengan panjang melebihi ukuran panjang rumahnya. Dikabarkan dari keretakan rumahnya, Ating dan keluarganya kini mengungsi ke rumah saudaranya," ujar Andi, kemarin.
Selain itu, usaha Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Karawang meluruskan aliran Sungai Cigeuntis agar tidak mengantam dinding tebing yang bersentuhan dengan pemukiman warga, masih belum maksimal. Kondisi itu terjadi karena alat berat yang digunakan untuk meluruskan sungai tidak bisa beroperasi akibat derasnya arus sungai. "Karena kondisi di lapangan masih mengkhawatirkan, karena curah hujan mulai tinggi, hingga pada akhirnya pemerintah baru dapat mendatangkan alat berat tersebut belum lama ini," katanya.
Ia menjelaskan, alat berat tersebut tidak bisa langsung digunakan, karena medan yang dijadikan jalan turun ke Sungai Cigeuntis terlalu tinggi, ditambah lagi dengan tingginya intensitas hujan hingga perbaikan yang sudah direncanakan tersebut tidak bisa langsung dilakukan.  Dari kejadian tersebut Andi berharap pekerjaan memperbaiki longsoran tersebut, dan sekaligus meluruskan aliran Sungai Cigeuntis bisa dikerjakan lebih cepat lagi.  "Penyelesaian pekerjaan tersebut sangat ditunggu warga," ungkapnya.
Ocam (45) warga Kampung Cialaly yang sekaligus bertugas dalam mengatur pengerjaan perbaikan saluran Sungai Cigeuntis mengatakan, sebelum melakukan perbaikan pada titik inti yang terjadi longsor, maka sebelumnya melakukan perbaikan pada bagian hulu.  Dijelaskan pula oleh Ocam, alasan pengerjaan yang dimulai dari hulu sebab terdapat tanah timbul yang sudah menjadi daratan dan banyak terdapat pohon. Namun dari adanya tanah timbul tersebut membuat aliran sungai menjadi membentur dua sisi, yaitu bagian timur dan memantul tepat pada titik longsoran. Dari hasil analisa dan pantauan saat debit air meluap, jika tanah timbul ini dibiarkan bukan hanya akan scera terus menerus titik yang jadi longsor saja, tapi juga akan merusak pada jembatan. "Jika meluruskan aliran selesai, baru mengerjakan di titik inti longsoran. Karena jika di titik inti longsoran dikerjakan terlebih dahulu khawatir akan tetap terganggu oleh aliran sungai yang masih terjadi meluap," katanya.
Diharapkan oleh Ocam, pekerjaannya dapat dilakukan lebih efektif dan efisien. Karena pada hakikatnya pekerjaan tersebut bukan hanya untuk memperbaiki pada longsoran saja. Namun untuk menyelamatkan akses jalan satu-satunya, penyelamatan pada jembatan, serta menyelamatkan Kampung Cilalay.
Adim (53) pemilik tanah timbul tersebut mengatakan, didasari kebiasaan yang sudah melekat sejak lama jika lahannya tergerus oleh Cigeuntis dan ada tanah timbul, maka sebagai lahan penggantinya adalah dengan mengakui tanah timbul tersebut. "Untuk menyelamatkan kampung serta untuk keamanan semua, maka dengan dihilangkannya tanah tersebut saya merasa tidak keberatan. Sebab jika tidak diluruskanpun tetap dibagian sisi timur yang sudah mulai ada longsoran merupakan bagian dari lahannya milik saya. Maka dengan demikian dengan mengalirkan pada bagian tengah, tetap sama-sama menguntungkan juga," katanya. (ark) 

Cerita lainnya :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar