English French Spain Russian Portuguese Japanese Korean Chinese Simplified

Rabu, 22 Januari 2014

Penderitaan Korban Banjir di Pengungsian

-Kesulitan Air Bersih Hingga Tidur di Tempat Becek

Salah satu pengungsi di Kampung Benteng, Kelurahan Tanjung Mekar, Kecamatan Karawang Barat, Yani (39), mengatakan, selama mengungsi lebih dari tiga hari sangat membutuhkan air bersih untuk keperluan cuci piring dan mencuci pakaian.

"Butuh banget air bersih," kata dia kepada RAKA, Selasa (21/1) kemarin.
Lurah Tanjung Mekar, Rusdji, membenarkan hal itu, karena sebanyak 1.250 jiwa yang terendam banjir kekurangan suplai air bersih. Bahkan dia sudah menghubungi PDAM namun belum ada air yang datang.
"Kampung Benteng itu masyarakatnya 1250 jiwa, kekurangan air bersih. Iya butuh air belum ada, padahal saya sudah hubungi PDAM sampai sekarang belum ada," bebernya.
Warga pengungsian, Jubaedah, juga mengeluhkan kondisi di tempat pengungsian yang becek dan kotor. "Lihat saja kang, kondisi tempat pengungsian kami. Selain becek dan juga kotor, kondisinya sangat seadanya," katanya.
Selain itu, pasokan air bersih juga minim, dimana sumur yang ada sudah terendam sementara warga harus menggunakan air bersih untuk masak dan juga kebutuhan lainnya. "Untuk air bersih tidak ada, karena hingga seminggu ini di pengungsian belum pernah ada bantuan air bersih, termasuk PDAM yang harusnya turun tidak ada," katanya.
Dari Cilamaya Wetan dilaporkan, Kaur Kesra Desa Cilamaya, Yayan S Mulya, mengatakan, warga memanfaatkan air bersih membersihkan rumah-rumah yang terendam, sayangnya warga juga kesulitan mendapatkan air bersih. "Air bersih makin sulit, karena yang ada sudah agak kurang steril," ucapnya.
Hal senada juga dikatakan Kepala Desa Rawagempol Kulon, H Ade Laide, banjir yang datang silih berganti semakin menyulitkan masyarakat mendapat air bersih untuk keperluan mandi dan memasak. Sumur di rumah-rumah warga airnya kurang steril. "Yang terendam kesulitan air bersih, karena sudah kurang steril padahal sangat dibutuhkan," ujarnya.
Kepala Cabang PDAM Karawang Kota, Totoh, menampik jika dalam ketersedian air bersih pada korban banjir di Karawang ini tidak merata. Menurutnya, tiga kendaraan tangki berisi air bersih tiap hari selalu berkeliling ke posko banjir. "Gak ada masalah, kita standby kok kalau ada yang minta kita kirim," katanya.
Ia melanjutkan, kadang-kadang masyarakat kurang peduli dengan keberadaan air besih yang telah disiapkan PDAM. Karena masyarakat lebih mementingkan keperluan logistik ketimbang ketersediaan air bersih. "Kadang kala masyarakatnya cuek, air kadang kala tidak habis kita muter. Air kita kirim masyarakat diem saja," imbuhnya.
Dalam banjir kali ini, PDAM menyuapkan tiga tangki penampung air dengan kapasitas tiga tangki 5 kubik air, dan satu tangki lagi kapasitas 3 kubik. Dan tiap harinya sekitar 25 kubik air didistibusikan ke korban banjir. "Total per hari itu paling 25 kubik air," akunya.
Dan menurutnya, PDAM bergerak tergantung adanya permintaan dari masyarakat. Jadi masyarakat yang membutuhkan air bersih harus menghubungi pihak PDAM terlebih dahulu. "Kita kan tergantung permintaan, kalau butuh baru kontak. Kita kirim sesuai permintaan dan kebutuhan. Kalau mau (butuh air) masyarakat minta tinggal bel (telpon PDAM) saja," jelasnya. (vid/dri/rud)

Cerita lainnya :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar