PURWAKARTA, RAKA- Sedikitnya 33 rumah di Kampung Pasirpeuteuy dan Kp Pamalayan Desa Sukamulya Kecamatan Tegalwaru dilaporkan mengalami retak-retak. Ini dampak terjadinya pergerakan tanah di kawasan tersebut sepekan terakhir. Akibat kejadian ini, sebagian penghuni rumah dipaksa mengungsi ke tempat aman.
Diperoleh keterangan, retaknya puluhan rumah warga ini sebenarnya sudah terjadi sejak hampir sepekan terakhir. Namun semakin kesini kondisinya makin parah. Jumlah bangunan rumah yang retak pun makin banyak. Tiga rumah bahkan dilaporkan telah ambruk. Belakangan diketahui, hal ini dampak terjadinya gerakan penurunan tanah di kawasan perbukitan tersebut.
Tak hanya, di dua kampung itu, gerakan tanah juga dilaporkan terjadi di Kp Pasirpeuteuy Desa Pamoyanan Kecamatan Plered. Tempat dimana pada tahun sebelumnya, peristiwa serupa pernah terjadi. Namun, untuk saat ini, pergerakan tanah di Desa Pamoyanan dinilai lebih kecil dibanding yang terjadi di Desa Sukamulya.
Meski begitu, mengantisipasi hal yang tidak diinginkan, warga, baik yang berada di Desa Sukamulya maupun Desa Pamoyanan, dihimbau untuk mengungsi sementara ke tempat aman. Terlebih, hujan masih terus menerus turun saat ini. Mengantisipasi hal yang tidak diinginkan, mereka diminta menjauh dari rumah yang telah mereka tinggali puluhan tahun itu.
"Untuk keamanan kita minta warga agar mengungsi sementara ke rumah saudara atau tetangga lain yang aman," ungkap Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Kabupaten Purwakarta, Tarsamana Setiawan saat melakukan peninjauan, Senin (20/1).
Menurutnya, retaknya puluhan bangunan rumah tersebut diduga dipicu gerakan tanah. Apalagi, area tersebut masuk zona kuning. Yakni area yang rentan mengalami pergeseran tanah (patahan). Terlebih dalam cuaca musim hujan seperti sekarang. "Potensi gerakan masih ada, makanya kita sarankan warga agar berlindung sementara ke lokasi aman," tegas Wawan lagi.
Curah hujan yang tinggi beberapa hari ini menimbulkan pergerakan tanah di wilayah Purwakarta. Bahkan, di sejumlah titik jalan kabupaten mengalami amblas serta longsor.
Kepala Dinas ESDM, Kabupaten Purwakarta, Wawan Tarsamana Setiawan mengatakan, hingga kini pihaknya baru menerima laporan 10 titik yang telah terjadi gerakan tanah di wilayah kerjanya. Dia pun telah menerjunkan petugas utuk meninjau langsung lokasi bencana.
�Sejak Jumat (17/1) hingga hari ini (Senin kemarin) kami baru menerima 10 laporan wilayah yang terkena longsor serta amblas. Wilayah tersebut, tersebar di sejumlah kecamatan. Antara lain, Kecamatan Tegalwaru, Plered, Sukatani, Jatiluhur, serta Purwakarta,� ujar Wawan .
Di Kecamatan Tegalwaru, terang Wawan, terjadi longsor di dua lokasi. Dari dua kejadian itu, 33 rumah warga rusak. Kemudian, di Kecamatan Plered juga terdapat dua lokasi kejadian.
Selain itu, di Kampung Cilalawang RT 23/08, Desa Cianting, Kecamatan Sukatani juga terjadi bencana longsor. Di lokasi tersebut, 66 rumah mengalami retak-retak akibat tergerus longsor. Sedangkan di Kecamatan Purwakarta, terdapat beberapa kejadian.
�Di Kecamatan Purwakarta ada beberapa kejadian. Terakhir, tadi malam ada 10 rumah rusak terbawa longsor. Tiga rumah di antaranya hancur. Saat ini, petugas kami masih berada di lokasi,� jelas dia.
Wawan mengaku, setelah diteliti ternyata longsor tersebut disebabkan alih fungsi lahan di daerah hulu. Seperti, bukit yang dulunya ditanami pohon keras. Kini diganti menjadi perkebunan rakyat. Jadi, ketika hujan turun tak ada pohon yang bisa menahan air.
Selain itu, karakter tanah di wilayah yang longsor tersebut gembur. Dimana lapisan tanah yang gembur ini tak kuat menahan arus air. Sehingga, ketika diguyur hujan mudah meluncur ke wilayah yang lebih rendah.
Selain longsor, sejumlah titik jalan kabupaten pun mengalami amblas. Salah satunya, terjadi di Kampung Cilalawak, Desa Cikao Bandung, Kecamatan Jatiluhur. Jalan penghubung antara Desa Cikao Bandung dengan Desa Kadumekar, Kecamatan Babakan Cikao ini amblas sedalam dua meter. Sampai saat ini jalur tersebut belum bisa dilalui kendaraan. Sebab, panjang jalan yang amblasnya mencapai 50 meter.
Adapun kejadian amblasnya itu, pada Minggu (19/1) sekitar pukul 02.00 WIB. Akibatnya, arus lalu lintas pun terganggu. Pasalnya, badan jalan tersebut mengalami kerusakan yang cukup parah.
Menurut dia, amblasnya jalan kabupaten itu akibat tanah di lokasi kejadian gembur. Jadi, tanah tak bisa menyerap air. Selain itu, tingginya curah hujan juga membuat beberapa jalan kabupaten rapuh tergerus air. Dengan kejadian itu, pihak-pihak terkait akan segera melakukan penanganan sementara. �Selain dari ESDM, sudah ada petugas dari dinas lain memantau lokasi-lokasi bencana ini,� pungkasnya. (nos)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar